Jet tempur Amerika Serikat
Liputan6.com, Washington, DC Entah karena kewalahan menghadapi pergolakan di negerinya, pihak Suriah berupaya membuka diri untuk bekerjasama dengan pihak-pihak yang dulunya disebut-sebut menjadi musuh.
Amerika Serikat memulai penerbangan pengintaian di atas Suriah setelah Presiden Barak Obama memberi persetujuannya, seakan membuka jalan bagi serangan-serangan udara terhadap sasaran-sasaran Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di sana, demikian dikatakan sejumlah pejabat AS.
Seperti Liputan6.com muat dari Tehran Times (27/8/2014), seorang pejabat mengatakan, pemerintah Negeri Paman Sam membutuhkan informasi intelijen yang dapat diandalkan dari Suriah dan mengatakan bahwa penerbangan-penerbangan pengintaian merupakan cara untuk mendapatkan data yang dimaksud.
Walaupun Gedung Putih mengatakan, Obama belum menyetujui tindakan militer di dalam Suriah, mencari informasi intelijen tambahan tentang kaum militan itu kemungkinan diperlukan sebelum ia melakukan langkah selanjutnya.
Para petinggi Pentagon sudah merancang pilihan-pilihan yang memungkinkan bagi presiden, termasuk pilihan melakukan serangan-serangan udara.
Dua orang pejabat AS mengatakan, Obama telah menyetujui penerbangan-penerbangan pengintaian itu, dan seorang pejabat lain mengatakan pada awal Selasa lalu bahwa mereka sudah memulainya. Para pejabat itu tidak mau disebutkan namanya.
Pihak AS mulai melancarkan serangan-serangan terhadap ISIS yang juga disebut IS di Irak pada awal bulan ini. Saat itu Obama menyebutkan adanya ancaman terhadap warga AS di negara itu dan krisis kemanusiaan di utara Irak sebagai alasannya.
Petinggi Pentagon mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk menyingkirkan ancaman secara tuntas adalah dengan mengejar kelompok itu hingga ke Suriah, tetangga Irak.
Obama telah lama menolak melakukan tindakan militer di Suriah, yang dilihatnya sebagai langkah yang dapat menceburkan AS ke dalam suatu negara yang dilanda perang sipil yang semrawut.
Namun demikian, hitung-hitungan presiden bergeser ketika IS pada pekan lalu mengumumkan telah membunuh seorang wartawan warga AS, James Foley, yang ditawan di Suriah. Kelompok itu juga mengancam akan membunuh satu lagi warga AS yang masih ditawan di Suriah.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan, Obama telah mengisyaratkan untuk tindakan militer sekiranya diperlukan untuk melindungi warga negara AS di Suriah. Tapi hal itu masih dipikirkan dengan matang.
"Hal ini memang demikian adanya tanpa memandang batas-batas internasional," katanya.
Tidak Perlu Izin Terbangkan Pesawat
Para pejabat AS mengatakan bahwa mereka tidak meminta izin untuk mengirimkan pesawat-pesawat mata-mata ke dalam wilayah Suriah untuk keperluan melacak IS.
Seorang pejabat AS memastikan sejumlah rencana setelah Suriah pada Senin lalu mengatakan kemauan untuk bekerja sama dengan masyarakat internasional, termasuk Washington, untuk menaklukkan kaum ekstremis.
Para pejabat AS mengatakan bahwa mereka tidak merencanakan untuk meminta izin kepada Damaskus untuk penerbangan-penerbangan tersebut, walaupun Suriah bersikeras bahwa tindakan militer manapun di bawah wilayah kedaulatannya haruslah dengan koordinasi sebelumnya.
Pada Senin lalu, untuk pertama kalinya, Damaskus menyatakan kemauan bekerja bersama dengan masyarakat internasional, temasuk AS dan Inggris, untuk menaklukkan "teroris", termasuk IS dan Front al-Nusra yang terkait dengan Al Qaeda.
Walaupun begitu, Menteri Luar Negeri Walid Muallem juga menegaskan bahwa Suriah tidak dapat menerima serangan-serangan militer sepihak (unilateral) oleh AS ataupun negara lain manapun.
"Pelanggaran apapun terhadap kedaulatan Suriah merupakan tindakan agresi," katanya. "Tidak ada 'pembenaran' atas serangan-serangan di wilayah Suriah, kecuali dengan koordinasi dengan kami untuk memerangi terorisme."
Muallem mengatakan bahwa Suriah mengupayakan kerjasama dalam suatu koalisi internasional atau regional, ataupun pada tingkat bilateral dalam kerangka kerja resolusi terbaru Dewan Keamanan PBB yang menyasar IS dan Al-Nusra. (Riz)
09.26
0 komentar:
Posting Komentar